Nuansa alam
Bumi pesona surga
Dan musim bunga
Di ambang pintu
Menanti musim gugur
Air menggenang
Bayangan gelap
Membina kearifan
Nafas terhempas
Waktu membeku
Nasib Ibu Pertiwi
Hening mencekam
Susunan kata
Meniti jalan panjang
Lintasan kilat
Sekilas hidup
Jejak hati nurani
Terjerat jiwa
Bulan ramadan
Kemiskinan menjamur
Bagai neraka
MiRa - Amsterdam, 30 Agustus 2010
Monday, August 30, 2010
Saturday, August 28, 2010
[Haibun] Pelangi
Sehabis hujan
Menatap cakrawala
Warna pelangi
Dibawah matahari
Bercermin kehidupan
Keindahan sesaat di kaki langit, proses alamiah mengukir sketsa bentuk garis putaran setengah busur, menelusuri jejak transparansi, membias cahaya aneka warna, pada secercah sinar mentari yang menembus awan putih, seakan terbersit makna dalam karya lukisan yang memancarkan aura kebersamaan.
Penghias alam
Kecantikan sempurna
Di musim panas
Merah, oranye, kuning, dan hijau,
cermin keajaiban alam di cakrawala,
biru, lila dan ungu menghias warna,
pelangi berdurasi pendek, seperti
memberi citra warna-warni kehidupan.
Warna pelangi yang cemerlang,
riak kolam masa lalu.
Tirai berwarna
Dalam catatan inti
Sinar membusur
Setetes hidup
Di sebuah cabang cinta
Bebaskan diri
MiRa - Amsterdam, 28 Agustus 2010
Menatap cakrawala
Warna pelangi
Dibawah matahari
Bercermin kehidupan
Keindahan sesaat di kaki langit, proses alamiah mengukir sketsa bentuk garis putaran setengah busur, menelusuri jejak transparansi, membias cahaya aneka warna, pada secercah sinar mentari yang menembus awan putih, seakan terbersit makna dalam karya lukisan yang memancarkan aura kebersamaan.
Penghias alam
Kecantikan sempurna
Di musim panas
Merah, oranye, kuning, dan hijau,
cermin keajaiban alam di cakrawala,
biru, lila dan ungu menghias warna,
pelangi berdurasi pendek, seperti
memberi citra warna-warni kehidupan.
Warna pelangi yang cemerlang,
riak kolam masa lalu.
Tirai berwarna
Dalam catatan inti
Sinar membusur
Setetes hidup
Di sebuah cabang cinta
Bebaskan diri
MiRa - Amsterdam, 28 Agustus 2010
Thursday, August 26, 2010
[Haibun] Kebebasan
Ketika orang berkata, "Bicaralah pada kami tentang Kebebasan."
Ada yang menjawab: "Di setiap pintu gerbang kehidupan, aroma kesuburan dan keindahan alam, bagaikan hidangan aneka ragam makanan, sebagai pembangkit semangat selera rasa dan bergairah hidup, padahal tantangan bagi kuli dan budak untuk kebebasan diri dari rasa lapar dan dahaga, tercermin jiwanya bersujut menyembah diri serta direndahkan harga dirinya, dihadapan seorang tiran yang rakus dan licik."
Penguasa zalim
Ngerinya kehidupan
Budaya kuli
Riwayat penjajahan
Politik adu-domba
Di tempat-tempat suci, dan,
ruangan dalam bayang-bayang tembok pembatas,
terlihat seperti ada yang paling bebas,
diantara orang-orang terjerat lilitan kawat berduri.
Hati berdarah didirinya,
karena ingin bebaskan diri,
dengan memanfaatkan,
keinginan antar sesama manusia.
Berhenti bicara tentang kebebasan?
Bila semua tujuannya terpenuhi.
Yang tidak adil
Belenggu penjajahan
Terfragmentasi
Kehidupan dunia
Alam Surga-Neraka
Dalam kenyataan itu,
ikatan rantai melilit kuat,
menjerat kemiskinan diri,
yang terlihat berkilauan,
di bawah pancaran sinar matahari,
serta menyilaukan mata,
menjadi pedih dan nyeri.
Kaya dan miskin
Peraturan tirani
Hidup berspiral
Bebas dan bangga
Kemenangan ilusi
Hukumnya kebal
Akal pikiran
Jiwa kemerdekaan
Dan kebangkitan
MiRa - Amsterdam, 26 Agustus 2010
Ada yang menjawab: "Di setiap pintu gerbang kehidupan, aroma kesuburan dan keindahan alam, bagaikan hidangan aneka ragam makanan, sebagai pembangkit semangat selera rasa dan bergairah hidup, padahal tantangan bagi kuli dan budak untuk kebebasan diri dari rasa lapar dan dahaga, tercermin jiwanya bersujut menyembah diri serta direndahkan harga dirinya, dihadapan seorang tiran yang rakus dan licik."
Penguasa zalim
Ngerinya kehidupan
Budaya kuli
Riwayat penjajahan
Politik adu-domba
Di tempat-tempat suci, dan,
ruangan dalam bayang-bayang tembok pembatas,
terlihat seperti ada yang paling bebas,
diantara orang-orang terjerat lilitan kawat berduri.
Hati berdarah didirinya,
karena ingin bebaskan diri,
dengan memanfaatkan,
keinginan antar sesama manusia.
Berhenti bicara tentang kebebasan?
Bila semua tujuannya terpenuhi.
Yang tidak adil
Belenggu penjajahan
Terfragmentasi
Kehidupan dunia
Alam Surga-Neraka
Dalam kenyataan itu,
ikatan rantai melilit kuat,
menjerat kemiskinan diri,
yang terlihat berkilauan,
di bawah pancaran sinar matahari,
serta menyilaukan mata,
menjadi pedih dan nyeri.
Kaya dan miskin
Peraturan tirani
Hidup berspiral
Bebas dan bangga
Kemenangan ilusi
Hukumnya kebal
Akal pikiran
Jiwa kemerdekaan
Dan kebangkitan
MiRa - Amsterdam, 26 Agustus 2010
Sunday, August 22, 2010
[Tanka] Bulan Puasa
Penderitaan
Saat bulan puasa
Merintih lapar
Di waktu tidur nyenyak
Mimpi memburu tikus
Harapan duka
Rindu dihibur cinta
Bunga melayu
Pembaharuan sesat
Maraknya lintah darat
Daratan lelah
Wacana diperbarui
Tikus membiak
Kucing geram mengerang
Cemas, berkuku tumpul
Menatap bulan
Dalam alam pikiran
Penuh semangat
Rasa resah menderu
Naluri terbang jauh
MiRa - Amsterdam, 22 Agustus 2010
Saat bulan puasa
Merintih lapar
Di waktu tidur nyenyak
Mimpi memburu tikus
Harapan duka
Rindu dihibur cinta
Bunga melayu
Pembaharuan sesat
Maraknya lintah darat
Daratan lelah
Wacana diperbarui
Tikus membiak
Kucing geram mengerang
Cemas, berkuku tumpul
Menatap bulan
Dalam alam pikiran
Penuh semangat
Rasa resah menderu
Naluri terbang jauh
MiRa - Amsterdam, 22 Agustus 2010
Thursday, August 12, 2010
[HAIKU] Riwayat Kehidupan
Foto kenangan
Terucap penuh cinta
Dalam benaknya
Kehadirannya
Dikeheningan malam
Bersama kelam
Hujan mengetok
Kata-kata mengalir
Ke ambang pintu
Sejauh mata
Awan melangkah jauh
Tanpa suara
Menelusuri
Riwayat kehidupan
Pengais sampah
Sepanjang jalan
Angin membelai lembut
Daun berbisik
Pesan terakhir
Tak perlu disesalkan
Waktu berlalu
Ingat kembali
Bulan menyapa ramah
Bintang di langit
MiRa - Amsterdam, 12 Agustus 2010
Terucap penuh cinta
Dalam benaknya
Kehadirannya
Dikeheningan malam
Bersama kelam
Hujan mengetok
Kata-kata mengalir
Ke ambang pintu
Sejauh mata
Awan melangkah jauh
Tanpa suara
Menelusuri
Riwayat kehidupan
Pengais sampah
Sepanjang jalan
Angin membelai lembut
Daun berbisik
Pesan terakhir
Tak perlu disesalkan
Waktu berlalu
Ingat kembali
Bulan menyapa ramah
Bintang di langit
MiRa - Amsterdam, 12 Agustus 2010
Tuesday, August 10, 2010
[HAIBUN] Cermin Kemerdekaan
[HAIBUN] Cermin Kemerdekaan
: Refleksi diri buat Ibunda
Di kaki langit
Awan gelap menggantung
Tersenyum muram
Dikeheningan malam
Masa lalu mencekam
Ah..ingatan peristiwa melawan penjajahan,
massal ribuan orang, tak kenal menyerah,
medan perang menjadi lautan bara api.
Riwayat perjuangan bangsa Indonesia,
dari yang berlawan mungkin tak kembali,
darah dan jiwa raga jadi tempat kematiannya.
Pada peristiwa itu, serangan serdadu asing,
bersama bom-bom pemusnah umat manusia,
katanya, digunakan untuk perdamaian dunia,
ketika itu, tak ada yang mampu menghalanginya,
harga diri bangsanya, berkorban atau dikorbankan,
tak menjadi soal baginya, demi pembebasan rakyatnya.
Rasa senasib
Pahitnya penjajahan
Sepenanggungan
Jati dirinya, bertekad baja,
sikapnya, berwatak keras,
jiwa perlawanannya,
menjejak perjuangan,
Demi kemerdekaan.
Semua itu di dunia, tujuannya,
nasionalisme dan cinta tanah air,
patriotisme sebagai penghargaan,
persatuan dan kesatuan bangsanya.
Namun tantangan di masa kekinian,
nilai percaya diri tumbuh dalam kevakuman.
dari cermin jiwa ketegarannya, tak bermakna,
dalam citra mempertahankan dan mengisi kemerdekaan,
semangat juang tanpa tanda-tanda kehidupan kebersamaan,
ketika rakyatnya menuntut keadilan atas hak hidup sejahtera.
Roda kehidupan berorganisasi,
berpaling ke massa mengambang,
sistim hidup bernegara dan berbangsa,
berganti haluan, tak terlihat wujudnya,
terbius, seruan kemiskinan dibutatulikan.
Hal itu seperti menjadi ruang hampa udara,
tujuan kemandirian hanyalah isapan jempol,
kerakusan mengancam kekayaan alamnya,
bunga hutang negara menumpuk bukit limbah,
ilusi kemakmuran dijadikan bencana gersang,
atau mungkin ada sisi kelemahan manusia,
terlihat semakin rapuh, hati nuraninya membatu.
Tantangan hidup
Ketidakberdayaan
Tidak memudar
Dalam bayangan
Mimpi bunga di taman
Aneka warna
Jiwa semangat
Kedaulatan rakyat
Kemandirian
MiRa - Amsterdam, 10 Agustus 2010
: Refleksi diri buat Ibunda
Di kaki langit
Awan gelap menggantung
Tersenyum muram
Dikeheningan malam
Masa lalu mencekam
Ah..ingatan peristiwa melawan penjajahan,
massal ribuan orang, tak kenal menyerah,
medan perang menjadi lautan bara api.
Riwayat perjuangan bangsa Indonesia,
dari yang berlawan mungkin tak kembali,
darah dan jiwa raga jadi tempat kematiannya.
Pada peristiwa itu, serangan serdadu asing,
bersama bom-bom pemusnah umat manusia,
katanya, digunakan untuk perdamaian dunia,
ketika itu, tak ada yang mampu menghalanginya,
harga diri bangsanya, berkorban atau dikorbankan,
tak menjadi soal baginya, demi pembebasan rakyatnya.
Rasa senasib
Pahitnya penjajahan
Sepenanggungan
Jati dirinya, bertekad baja,
sikapnya, berwatak keras,
jiwa perlawanannya,
menjejak perjuangan,
Demi kemerdekaan.
Semua itu di dunia, tujuannya,
nasionalisme dan cinta tanah air,
patriotisme sebagai penghargaan,
persatuan dan kesatuan bangsanya.
Namun tantangan di masa kekinian,
nilai percaya diri tumbuh dalam kevakuman.
dari cermin jiwa ketegarannya, tak bermakna,
dalam citra mempertahankan dan mengisi kemerdekaan,
semangat juang tanpa tanda-tanda kehidupan kebersamaan,
ketika rakyatnya menuntut keadilan atas hak hidup sejahtera.
Roda kehidupan berorganisasi,
berpaling ke massa mengambang,
sistim hidup bernegara dan berbangsa,
berganti haluan, tak terlihat wujudnya,
terbius, seruan kemiskinan dibutatulikan.
Hal itu seperti menjadi ruang hampa udara,
tujuan kemandirian hanyalah isapan jempol,
kerakusan mengancam kekayaan alamnya,
bunga hutang negara menumpuk bukit limbah,
ilusi kemakmuran dijadikan bencana gersang,
atau mungkin ada sisi kelemahan manusia,
terlihat semakin rapuh, hati nuraninya membatu.
Tantangan hidup
Ketidakberdayaan
Tidak memudar
Dalam bayangan
Mimpi bunga di taman
Aneka warna
Jiwa semangat
Kedaulatan rakyat
Kemandirian
MiRa - Amsterdam, 10 Agustus 2010
Tuesday, August 3, 2010
[Haibun] Pikiran Manusia
Akar dan daun
Embun di tepi sungai
Berubah sejuk
Pikiran manusia
Mimpi dikegelapan
Ada yang mengatakan,
menggunakan tenaga kerja,
dari kekuatan daya tahannya,
tak ada yang bisa dibanggakan,
karena kecerdasan manusia, diukur,
kemampuan berpikir ilmu pengetahuan,
yang tidak perlu memahami semua isinya,
tentang kebenaran hakekat kehidupan manusia.
Lalu, apakah pemikiran manusia terbatas?
atau dibatasi dengan lapisan pagar berduri,
untuk menghitung jumlah kekayaan alam dalam tanah.
Kesemuanya itu, api obor menuntut hak keadilan digelapkan,
tak ada celah cahaya bisa menerangi harapan perubahan,
bekal hidup kaum pekerja untuk esok hari adalah tantangan.
Tenaga padat karya
dengan disiplin kerjanya
kebutuhan hidup minimal
tanpa ada daya beli
bahu rapuh memandu duka
beban berat masa derita
siapa menanggung?
Massa kosumsi
Tak butuh jadi penting
Di pasar bebas
Kepentingan diuji
Hasilnya tak dilacak
Api membara
Dalam sekejap mata
Ilusi padam
Ada cahaya palsu menyebar bias
dalam kegelapan, jejaknya tak diketahui
hidangan makan sepiring nasi
jiwa rakus, berselera racun
MiRa - Amsterdam, 3 Agustus 2010
Embun di tepi sungai
Berubah sejuk
Pikiran manusia
Mimpi dikegelapan
Ada yang mengatakan,
menggunakan tenaga kerja,
dari kekuatan daya tahannya,
tak ada yang bisa dibanggakan,
karena kecerdasan manusia, diukur,
kemampuan berpikir ilmu pengetahuan,
yang tidak perlu memahami semua isinya,
tentang kebenaran hakekat kehidupan manusia.
Lalu, apakah pemikiran manusia terbatas?
atau dibatasi dengan lapisan pagar berduri,
untuk menghitung jumlah kekayaan alam dalam tanah.
Kesemuanya itu, api obor menuntut hak keadilan digelapkan,
tak ada celah cahaya bisa menerangi harapan perubahan,
bekal hidup kaum pekerja untuk esok hari adalah tantangan.
Tenaga padat karya
dengan disiplin kerjanya
kebutuhan hidup minimal
tanpa ada daya beli
bahu rapuh memandu duka
beban berat masa derita
siapa menanggung?
Massa kosumsi
Tak butuh jadi penting
Di pasar bebas
Kepentingan diuji
Hasilnya tak dilacak
Api membara
Dalam sekejap mata
Ilusi padam
Ada cahaya palsu menyebar bias
dalam kegelapan, jejaknya tak diketahui
hidangan makan sepiring nasi
jiwa rakus, berselera racun
MiRa - Amsterdam, 3 Agustus 2010
Sunday, August 1, 2010
Sepenggal Ingatan
Udara pagi begitu sejuk,
aku berdiri di stasiun kereta api,
menatap ke kejauhan, seakan-akan
masa depan sedang menanti.
Setiap orang memilih arahnya,
keinginannya, demi masa depannya,
dengan apa yang telah diputuskan,
menuju pilihan jalan hidupnya,
sampai ke akhir tujuan tempatnya.
Nyatanya, begitu banyak orang tidak bahagia,
aku masih sering mendengar mereka mengeluh,
ketidak puasan dengan nasib hidupnya,
juga berlaku bagi orang-orang di sekitar mereka,
Ah...hidup ini sangat tidak adil, dan
mereka merasa sangat sendiri.
Lihatlah di sekitar lingkunganmu,
lalu kemudian kau berkaca diri,
dihadapan orang-orang itu,
kau akan merasa bertanggung jawab,
dengan apa yang dilakukannya setiap hari,
karena jalan hidup yang dilaluinya,
adalah berbeda dengan apa,
yang harus ditentukan orang lain.
Bila harga dirimu telah di tanganmu,
maka ilusi menjadi kenyataan.
MiRa - Amsterdam, 1 Agustus 2010
aku berdiri di stasiun kereta api,
menatap ke kejauhan, seakan-akan
masa depan sedang menanti.
Setiap orang memilih arahnya,
keinginannya, demi masa depannya,
dengan apa yang telah diputuskan,
menuju pilihan jalan hidupnya,
sampai ke akhir tujuan tempatnya.
Nyatanya, begitu banyak orang tidak bahagia,
aku masih sering mendengar mereka mengeluh,
ketidak puasan dengan nasib hidupnya,
juga berlaku bagi orang-orang di sekitar mereka,
Ah...hidup ini sangat tidak adil, dan
mereka merasa sangat sendiri.
Lihatlah di sekitar lingkunganmu,
lalu kemudian kau berkaca diri,
dihadapan orang-orang itu,
kau akan merasa bertanggung jawab,
dengan apa yang dilakukannya setiap hari,
karena jalan hidup yang dilaluinya,
adalah berbeda dengan apa,
yang harus ditentukan orang lain.
Bila harga dirimu telah di tanganmu,
maka ilusi menjadi kenyataan.
MiRa - Amsterdam, 1 Agustus 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)