Pelaku jagal
Bangga membunuh orang
Kebiadaban
MiRa - Amsterdam, 9 September 2012
***
Jagal (bahasa Inggris: ''The Act of Killing'')
adalah film karya sutradara Joshua Oppenheimer.
Jagal
Sutradara Joshua Oppenheimer
Produser Signe Byrge Sørensen
Musik Elin Øyen Vister
Sinematografi Carlos Arango de Montis ADFC, Lars Skree
Editing Niels Pagh Andersen, Janus Billeskov Jansen, Mariko Montpetit, Charlotte Munch Bengtsen, Ariadna Fatjó-Vilas Mestre
Distribusi Cinephil
Durasi 149 min. (director's cut)/115 min
Negara Norwegia, Denmark, Inggris Raya
Bahasa Indonesia
Sinopsis
Ketika
pemerintah Indonesia digulingkan oleh militer pada 1965, Anwar dan
kawan-kawan 'naik pangkat' dari preman kelas teri pencatut karcis
bioskop menjadi pemimpin pasukan pembunuh. Mereka membantu tentara
membunuh lebih dari satu juta orang yang dituduh komunis, etnis
Tionghoa, dan intelektual, dalam waktu kurang dari satu tahun. Sebagai
seorang algojo dalam pasukan pembunuh yang paling terkenal kekejamannya
di Medan, Anwar telah membunuh ratusan orang dengan tangannya sendiri.
Hari
ini, Anwar dihormati sebagai pendiri organisasi paramiliter sayap kanan
Pemuda Pancasila (PP) yang berawal dari pasukan pembunuh itu.
Organisasi ini begitu kuat pengaruhnya sehingga pemimpinnya bisa menjadi
menteri, dan dengan santai menyombongkan segala macam hal, dari korupsi
dan mengakali pemilu sampai melaksanakan genosida.
Jagal
bercerita tentang para pembunuh yang menang, dan wajah masyarakat yang
dibentuk oleh mereka. Tidak seperti para pelaku genosida Nazi atau
Rwanda yang menua, Anwar dan kawan-kawannya tidak pernah sekalipun
dipaksa oleh sejarah untuk mengakui bahwa mereka ikut serta dalam
kejahatan terhadap kemanusiaan. Mereka justru menuliskan sendiri
sejarahnya yang penuh kemenangan dan menjadi panutan bagi jutaan anggota
PP. Jagal adalah sebuah perjalanan menembus ingatan dan imajinasi para
pelaku pembunuhan dan menyampaikan pengamatan mendalam dari dalam
pikiran para pembunuh massal. Jagal adalah sebuah mimpi buruk kebudayaan
banal yang tumbuh di sekitar impunitas ketika seorang pembunuh dapat
berkelakar tentang kejahatan terhadap kemanusiaan di acara
bincang-bincang televisi, dan merayakan bencana moral dengan kesantaian
dan keanggunan tap-dance.
Pada masa mudanya, Anwar dan
kawan-kawan menghabiskan hari-harinya di bioskop karena mereka adalah
preman bioskop: mereka menguasai pasar gelap karcis, dan pada saat yang
sama menggunakan bioskop sebagai markas operasi untuk kejahatan yang
lebih serius. Di tahun 1965, tentara merekrut mereka untuk membentuk
pasukan pembunuh dengan pertimbangan bahwa mereka telah terbukti
memiliki kemampuan melakukan kekerasan, dan mereka membenci komunis yang
berusaha memboikot pemutaran film Amerika—film-film yang paling populer
(dan menguntungkan). Anwar dan kawan-kawan adalah pengagum berat James
Dean, John Wayne, dan Victor Mature. Mereka secara terang-terangan
mengikuti gaya berpakaian dan cara membunuh dari idola mereka dalam
film-film Holywood. Keluar dari pertunjukan midnight, mereka merasa
“seperti gangster yang keluar dari layar.” Masih terpengaruh suasana,
mereka menyeberang jalan ke kantor dan membunuh tahanan yang menjadi
jatah harian setiap malam. Meminjam teknik dari film mafia, Anwar lebih
menyukai menjerat korban-korbannya dengan kawat.
Dalam Jagal,
Anwar dan kawan-kawan bersepakat untuk menyampaikan cerita pembunuhan
tersebut kepada sutradara. Tetapi idenya bukanlah direkam dalam film dan
menyampaikan testimoni untuk sebuah film dokumenter: mereka ingin
menjadi bintang dalam ragam film yang sangat mereka gemari di masa
mereka masih menjadi pencatut karcis bioskop. Sutradara menangkap
kesempatan ini untuk mengungkap bagaimana sebuah rezim yang didirikan di
atas kejahatan terhadap kemanusiaan, yang belum pernah dinyatakan
bertanggung jawab, memproyeksikan dirinya dalam sejarah.
Kemudian
sutradara film menantang Anwar dan kawan-kawannya untuk mengembangkan
adegan-adegan fiksi mengenai pengalaman mereka membunuh dengan
mengadaptasi genre film favorit mereka—gangster, koboi, musikal. Mereka
menulis naskahnya. Mereka memerankan diri sendiri. Juga memerankan
korban mereka sendiri.
Proses pembuatan film fiksi menyediakan
sebuah alur dramatis, dan set film menjadi ruang aman untuk menggugat
mereka mengenai apa yang mereka lakukan di masa lalu. Beberapa teman
Anwar menyadari bahwa pembunuhan itu salah. Yang lain khawatir akan
konsekuensi kisah yang mereka sampaikan terhadap citra mereka di mata
publik. Generasi muda PP berpendapat bahwa mereka selayaknya membualkan
horor pembantaian tersebut karena kengerian dan daya ancamnya adalah
basis bagi kekuasaan PP hari ini. Saat pendapat berselisih, suasana di
set berkembang menjadi tegang. Bangunan genosida sebagai “perjuangan
patriotik”, dengan Anwar dan kawan-kawan sebagai pahlawannya, mulai
berguncang dan retak.
Yang paling dramatis, proses pembuatan film
fiksi ini menjadi katalis bagi perjalanan emosi Anwar, dari jumawa
menjadi sesal ketika ia menghadapi, untuk pertama kali dalam hidupnya,
segenap konsekuensi dari semua yang pernah dilakukannya. Saat nurani
Anwar yang rapuh mulai terdesak oleh hasrat untuk tetap menjadi
pahlawan, Jagal menyajikan sebuah konflik yang mencekam antara bayangan
tentang moral dengan bencana moral.
Produksi
Film ini sebagian
besar gambarnya diambil di sekitar Medan, Sumatera Utara, Indonesia
antara 2005 sampai 2011. Pengambilan gambar dan wawancara selama tujuh
tahun ini menghasilkan kurang lebih 1.000 jam rekaman. Diperlukan banyak
editor dan waktu satu setengah tahun di London dan Copenhagen untuk
menyunting rekaman tersebut menjadi film ini. Penyuntingan suara dan
koreksi warna dilakukan di Norwegia.
Pranala Luar.
source: http://id.wikipedia.org/wiki/Jagal
http://tamanhaikumiryanti.blogspot.com/Information about Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/
List of books, click: http://sastrapembebasan.wordpress.com/