Bangun dan panik
Di alam mimpi buruk
Terlalu nyata
Ingin tetap melawan
Yang tidak seharusnya
Jiwa tenggelam
Pemuja matahari
Membisik bulan
Kedipan kunang-kunang
Menari sukacita
Berpetualang
Tergiur nafsu binatang
Nyusruk ke jurang
Lereng curam dan terjal
Batu menangis sedih
Di kaki gunung
Mengalir limbah air
Pohon membusuk
Sawah ladang beracun
Petani miskin mati
MiRa - Amsterdam, 27 Februari 2011
Sunday, February 27, 2011
Saturday, February 26, 2011
[Haibun] L I B E R A T E
[Haibun] L I B E R A T E
: Membebaskan
Budak dan bebas
Adalah mentalitas
Mentas belenggu
Ketika perbudakan
Penentu kebebasan
Kebebasan dari rasa takut
menuntut membebaskan Ibu pertiwi
Saat kesatuan telah dicapai
pembalap dan bayangan kuda
tidak bisa dibedakan
Entah bagaimana mereka
menyeberang halaman
memperebutkan jatah
tambang minyak
L I B Y A
B A H R A I N
Y E M E N
I R A N
A L J A Z A I R
T U N I S I A
E G Y P T E
Bicara tentang petualangan kebenaran
kebebasan tak lepas dari takdir anarki
mengikatkan diri dalam keheningan malam
tubuh yang kaku dan dingin seperti kematian
Senjata dan tank
Kebebasan berbaris
Perang sodara
Bebas berpikir
Bukan berpikir bebas
Untuk dirinya
MiRa - Amsterdam, 26 Februari 2011
: Membebaskan
Budak dan bebas
Adalah mentalitas
Mentas belenggu
Ketika perbudakan
Penentu kebebasan
Kebebasan dari rasa takut
menuntut membebaskan Ibu pertiwi
Saat kesatuan telah dicapai
pembalap dan bayangan kuda
tidak bisa dibedakan
Entah bagaimana mereka
menyeberang halaman
memperebutkan jatah
tambang minyak
L I B Y A
B A H R A I N
Y E M E N
I R A N
A L J A Z A I R
T U N I S I A
E G Y P T E
Bicara tentang petualangan kebenaran
kebebasan tak lepas dari takdir anarki
mengikatkan diri dalam keheningan malam
tubuh yang kaku dan dingin seperti kematian
Senjata dan tank
Kebebasan berbaris
Perang sodara
Bebas berpikir
Bukan berpikir bebas
Untuk dirinya
MiRa - Amsterdam, 26 Februari 2011
Thursday, February 24, 2011
[Tanka] Konflik Logika
*
Bulan dan bintang
Tak nampak batas jarak
Di ujung jalan
Cerahnya matahari
Angin dingin membeku
**
Krisis sosial
Di masa pancaroba
Konflik logika
Nyanyian lagu rakyat
Dengan suara parau
***
Di hutan rimba
Tak mampu ditaklukan
Buas dan liar
Bidikan anak panah
Mengarah manusia
MiRa - Amsterdam, 24 Februari 2011
Bulan dan bintang
Tak nampak batas jarak
Di ujung jalan
Cerahnya matahari
Angin dingin membeku
**
Krisis sosial
Di masa pancaroba
Konflik logika
Nyanyian lagu rakyat
Dengan suara parau
***
Di hutan rimba
Tak mampu ditaklukan
Buas dan liar
Bidikan anak panah
Mengarah manusia
MiRa - Amsterdam, 24 Februari 2011
Monday, February 21, 2011
D I S I L U S I
Yang ingin benar-benar diketahui
mengapa kekerasan begitu kekal abadi
dengan mengorbankan jutaan nyawa
lalu, apa yang salah dengan kemanusiaan?
Mengapa orang di bumi
berbeda iman dan warna
tidak menunjukkan
nilai kebersamaan
berpikir baik dan buruk
nyatanya tindakan manusia
lagi-lagi melakukan kekerasan
karena ingin mendominasi
dan menindas antar sesama
Dari semua kontradiksi
selama bertahun-tahun
dan disillusi yang terwarisi
memiliki banyak kebohongan
hasilnya membawa bencana
kesengsaraanpun semakin terpuruk
Sekarang, semua keinginan
telah diraih dengan kemudahan
sejauh mata menatap dan merasa
disepanjang musim semi yang lalu
kehidupan kembali ke awal titik nol
lembah kemiskinan semakin curam
menerjang jenjang anjang konflik
Dengan bibirnya di balik pikiran
menghasilkan perubahan semu
kekayaan alam dan daya manusia
dijadikan order bisnis penguasa
Berpikir setelah kehidupan ini
maunya berlabuh ke surga
hidup di dunia hanya mimpi buruk
tanpa toleransi dan keadilan
Kepergian, tidak pernah kembali
MiRa - Amsterdam, 20 Februari 2011
mengapa kekerasan begitu kekal abadi
dengan mengorbankan jutaan nyawa
lalu, apa yang salah dengan kemanusiaan?
Mengapa orang di bumi
berbeda iman dan warna
tidak menunjukkan
nilai kebersamaan
berpikir baik dan buruk
nyatanya tindakan manusia
lagi-lagi melakukan kekerasan
karena ingin mendominasi
dan menindas antar sesama
Dari semua kontradiksi
selama bertahun-tahun
dan disillusi yang terwarisi
memiliki banyak kebohongan
hasilnya membawa bencana
kesengsaraanpun semakin terpuruk
Sekarang, semua keinginan
telah diraih dengan kemudahan
sejauh mata menatap dan merasa
disepanjang musim semi yang lalu
kehidupan kembali ke awal titik nol
lembah kemiskinan semakin curam
menerjang jenjang anjang konflik
Dengan bibirnya di balik pikiran
menghasilkan perubahan semu
kekayaan alam dan daya manusia
dijadikan order bisnis penguasa
Berpikir setelah kehidupan ini
maunya berlabuh ke surga
hidup di dunia hanya mimpi buruk
tanpa toleransi dan keadilan
Kepergian, tidak pernah kembali
MiRa - Amsterdam, 20 Februari 2011
Friday, February 18, 2011
[Tanka] Musim Semi Di Timur Tengah
[Tanka] Musim Semi
Langit kelabu
Menyapa kuncup bunga
Tanah tersenyum
Angin dingin bersedih
Kabut merintik air
MiRa - Amsterdam, 18 Februari 2011
***
[Tanka] Musim Semi Di Timur Tengah
Percikan api
Menyulut lahan krisis
Dendam terbakar
Menuntut keadilan
Tak mudah dipatahkan
MiRa - Amsterdam, 18 Februari 2011
Langit kelabu
Menyapa kuncup bunga
Tanah tersenyum
Angin dingin bersedih
Kabut merintik air
MiRa - Amsterdam, 18 Februari 2011
***
[Tanka] Musim Semi Di Timur Tengah
Percikan api
Menyulut lahan krisis
Dendam terbakar
Menuntut keadilan
Tak mudah dipatahkan
MiRa - Amsterdam, 18 Februari 2011
Thursday, February 17, 2011
Membosankan
Hidup ini begitu membosankan
pertama pergi tidur dan mendengkur
Bangun, mandi, berpakaian dan berdandan
berangkat kerja, hanya untuk menyambung hidup
Waktu setengah jam untuk makan siang
Tak ada waktu buat mengunyah tenang
Kembali ke pekerjaan rutin
Menghadapi bos yang brengsek
Ketika waktu kerja hampir selesai
perjalanan pulang tak bisa cepat sampai
Agh menuju ke rumah tua, kumuh dan reot
di rumah, mempersiapkan makan malam
Setelah itu, duduk nonton TV idiot
menatap kotak layar tak ada yang dilihat
Lalu apa? terasa capek dan ngantuk terus pergi tidur
hidup bagaikan tombol tekan personal komputer
Putaran roda berotasi di pijakan setempat
Bangun dan tidur tak ada yang melihat
MiRa - Amsterdam, 17 Februari 2011
pertama pergi tidur dan mendengkur
Bangun, mandi, berpakaian dan berdandan
berangkat kerja, hanya untuk menyambung hidup
Waktu setengah jam untuk makan siang
Tak ada waktu buat mengunyah tenang
Kembali ke pekerjaan rutin
Menghadapi bos yang brengsek
Ketika waktu kerja hampir selesai
perjalanan pulang tak bisa cepat sampai
Agh menuju ke rumah tua, kumuh dan reot
di rumah, mempersiapkan makan malam
Setelah itu, duduk nonton TV idiot
menatap kotak layar tak ada yang dilihat
Lalu apa? terasa capek dan ngantuk terus pergi tidur
hidup bagaikan tombol tekan personal komputer
Putaran roda berotasi di pijakan setempat
Bangun dan tidur tak ada yang melihat
MiRa - Amsterdam, 17 Februari 2011
Sunday, February 13, 2011
[Haibun] EGOSENTRISME
Bahasa ibu
Melahirkan korupsi
Tebar pesona
Percakapan rutin
di balik kaca jendela
tanpa henti bercerita
Kata-katanya tersusun dalam huruf yang merinci citra perubahan
namun terucap bahasa non-verbal bermakna perilaku kekerasan
mendaur ulang saling curiga, saling serang dan saling bunuh
dominasi ekspresi kehidupan biasa menjadi terbiasa
suatu kebiasaan tantangan budaya karakter bangsa
Di masa lalu
Bermimpi dalam diri
Egosentrisme
Tak disesali
Kebiadaban umat
Menggema ganas
Ketika kebahagiaan hadir
untuk mengatakan tidak
membias bayangan diam
Air mata mengalir resah
bagaikan embun pagi
Di gurun pasir
Waktu silih berganti
tiada sisa kenangan
melintasi eksistensi
cahaya warna-warni
Di musim semi
Segar daya ingatan
Berbunga layu
Mira - Amsterdam, 13 Februari 2011
Sunday, February 6, 2011
Roda Kehidupan
Puisi tentang penyalahgunaan
wanita duduk di bangku sofa
Ia berusia 45 tahun
wajahnya tersenyum
namun pancaran matanya
menatap dingin dan tajam
tubuhnya terbalut bekas luka
kepalanya serasa sangat sakit,
tak ada yang mempercayainya,
Wanita itu
di masa kecilnya
telah kehilangan apapun
Ini bukan pesan di surat kabar
tapi kenyataan yang dialaminya
tak seorangpun mampu mengerti
ketika ia berusaha terus bertahan
dalam kondisi kemarahan dan duka
Dikala remaja kenangan menghimpit
yang menjadi ingatan masa silamnya
Kini kesedihan masih tetap mengusik
apabila kepedihannya hadir kembali
dalam uraian catatan buku harian
Roda kehidupan selama tahunan
waktu tak mengenal istirahat
perjuangan untuk keadilan!
MiRa - Amsterdam, 5 Februari 2011
wanita duduk di bangku sofa
Ia berusia 45 tahun
wajahnya tersenyum
namun pancaran matanya
menatap dingin dan tajam
tubuhnya terbalut bekas luka
kepalanya serasa sangat sakit,
tak ada yang mempercayainya,
Wanita itu
di masa kecilnya
telah kehilangan apapun
Ini bukan pesan di surat kabar
tapi kenyataan yang dialaminya
tak seorangpun mampu mengerti
ketika ia berusaha terus bertahan
dalam kondisi kemarahan dan duka
Dikala remaja kenangan menghimpit
yang menjadi ingatan masa silamnya
Kini kesedihan masih tetap mengusik
apabila kepedihannya hadir kembali
dalam uraian catatan buku harian
Roda kehidupan selama tahunan
waktu tak mengenal istirahat
perjuangan untuk keadilan!
MiRa - Amsterdam, 5 Februari 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)