Monday, August 30, 2010

[Haiku] Ramadan

Nuansa alam
Bumi pesona surga
Dan musim bunga

Di ambang pintu
Menanti musim gugur
Air menggenang

Bayangan gelap
Membina kearifan
Nafas terhempas

Waktu membeku
Nasib Ibu Pertiwi
Hening mencekam

Susunan kata
Meniti jalan panjang
Lintasan kilat

Sekilas hidup
Jejak hati nurani
Terjerat jiwa

Bulan ramadan
Kemiskinan menjamur
Bagai neraka

MiRa - Amsterdam, 30 Agustus 2010

Saturday, August 28, 2010

[Haibun] Pelangi

Sehabis hujan
Menatap cakrawala
Warna pelangi

Dibawah matahari
Bercermin kehidupan

Keindahan sesaat di kaki langit, proses alamiah mengukir sketsa bentuk garis putaran setengah busur, menelusuri jejak transparansi, membias cahaya aneka warna, pada secercah sinar mentari yang menembus awan putih, seakan terbersit makna dalam karya lukisan yang memancarkan aura kebersamaan.

Penghias alam
Kecantikan sempurna
Di musim panas

Merah, oranye, kuning, dan hijau,
cermin keajaiban alam di cakrawala,
biru, lila dan ungu menghias warna,
pelangi berdurasi pendek, seperti
memberi citra warna-warni kehidupan.
Warna pelangi yang cemerlang,
riak kolam masa lalu.

Tirai berwarna
Dalam catatan inti
Sinar membusur

Setetes hidup
Di sebuah cabang cinta
Bebaskan diri

MiRa - Amsterdam, 28 Agustus 2010

Thursday, August 26, 2010

[Haibun] Kebebasan

Ketika orang berkata, "Bicaralah pada kami tentang Kebebasan."
Ada yang menjawab: "Di setiap pintu gerbang kehidupan, aroma kesuburan dan keindahan alam, bagaikan hidangan aneka ragam makanan, sebagai pembangkit semangat selera rasa dan bergairah hidup, padahal tantangan bagi kuli dan budak untuk kebebasan diri dari rasa lapar dan dahaga, tercermin jiwanya bersujut menyembah diri serta direndahkan harga dirinya, dihadapan seorang tiran yang rakus dan licik."

Penguasa zalim
Ngerinya kehidupan
Budaya kuli
Riwayat penjajahan
Politik adu-domba

Di tempat-tempat suci, dan,
ruangan dalam bayang-bayang tembok pembatas,
terlihat seperti ada yang paling bebas,
diantara orang-orang terjerat lilitan kawat berduri.

Hati berdarah didirinya,
karena ingin bebaskan diri,
dengan memanfaatkan,
keinginan antar sesama manusia.
Berhenti bicara tentang kebebasan?
Bila semua tujuannya terpenuhi.

Yang tidak adil
Belenggu penjajahan
Terfragmentasi

Kehidupan dunia
Alam Surga-Neraka

Dalam kenyataan itu,
ikatan rantai melilit kuat,
menjerat kemiskinan diri,
yang terlihat berkilauan,
di bawah pancaran sinar matahari,
serta menyilaukan mata,
menjadi pedih dan nyeri.

Kaya dan miskin
Peraturan tirani
Hidup berspiral

Bebas dan bangga
Kemenangan ilusi
Hukumnya kebal

Akal pikiran
Jiwa kemerdekaan
Dan kebangkitan

MiRa - Amsterdam, 26 Agustus 2010

Sunday, August 22, 2010

[Tanka] Bulan Puasa

Penderitaan
Saat bulan puasa
Merintih lapar
Di waktu tidur nyenyak
Mimpi memburu tikus

Harapan duka
Rindu dihibur cinta
Bunga melayu
Pembaharuan sesat
Maraknya lintah darat

Daratan lelah
Wacana diperbarui
Tikus membiak
Kucing geram mengerang
Cemas, berkuku tumpul

Menatap bulan
Dalam alam pikiran
Penuh semangat
Rasa resah menderu
Naluri terbang jauh

MiRa - Amsterdam, 22 Agustus 2010

Thursday, August 12, 2010

[HAIKU] Riwayat Kehidupan

Foto kenangan
Terucap penuh cinta
Dalam benaknya

Kehadirannya
Dikeheningan malam
Bersama kelam

Hujan mengetok
Kata-kata mengalir
Ke ambang pintu

Sejauh mata
Awan melangkah jauh
Tanpa suara

Menelusuri
Riwayat kehidupan
Pengais sampah

Sepanjang jalan
Angin membelai lembut
Daun berbisik

Pesan terakhir
Tak perlu disesalkan
Waktu berlalu

Ingat kembali
Bulan menyapa ramah
Bintang di langit


MiRa - Amsterdam, 12 Agustus 2010

Tuesday, August 10, 2010

[HAIBUN] Cermin Kemerdekaan

[HAIBUN] Cermin Kemerdekaan
: Refleksi diri buat Ibunda


Di kaki langit
Awan gelap menggantung
Tersenyum muram

Dikeheningan malam
Masa lalu mencekam

Ah..ingatan peristiwa melawan penjajahan,
massal ribuan orang, tak kenal menyerah,
medan perang menjadi lautan bara api.
Riwayat perjuangan bangsa Indonesia,
dari yang berlawan mungkin tak kembali,
darah dan jiwa raga jadi tempat kematiannya.

Pada peristiwa itu, serangan serdadu asing,
bersama bom-bom pemusnah umat manusia,
katanya, digunakan untuk perdamaian dunia,
ketika itu, tak ada yang mampu menghalanginya,
harga diri bangsanya, berkorban atau dikorbankan,
tak menjadi soal baginya, demi pembebasan rakyatnya.

Rasa senasib
Pahitnya penjajahan
Sepenanggungan

Jati dirinya, bertekad baja,
sikapnya, berwatak keras,
jiwa perlawanannya,
menjejak perjuangan,
Demi kemerdekaan.

Semua itu di dunia, tujuannya,
nasionalisme dan cinta tanah air,
patriotisme sebagai penghargaan,
persatuan dan kesatuan bangsanya.
Namun tantangan di masa kekinian,
nilai percaya diri tumbuh dalam kevakuman.
dari cermin jiwa ketegarannya, tak bermakna,
dalam citra mempertahankan dan mengisi kemerdekaan,
semangat juang tanpa tanda-tanda kehidupan kebersamaan,
ketika rakyatnya menuntut keadilan atas hak hidup sejahtera.

Roda kehidupan berorganisasi,
berpaling ke massa mengambang,
sistim hidup bernegara dan berbangsa,
berganti haluan, tak terlihat wujudnya,
terbius, seruan kemiskinan dibutatulikan.
Hal itu seperti menjadi ruang hampa udara,
tujuan kemandirian hanyalah isapan jempol,
kerakusan mengancam kekayaan alamnya,
bunga hutang negara menumpuk bukit limbah,
ilusi kemakmuran dijadikan bencana gersang,
atau mungkin ada sisi kelemahan manusia,
terlihat semakin rapuh, hati nuraninya membatu.

Tantangan hidup
Ketidakberdayaan
Tidak memudar

Dalam bayangan
Mimpi bunga di taman
Aneka warna

Jiwa semangat
Kedaulatan rakyat
Kemandirian

MiRa - Amsterdam, 10 Agustus 2010

Tuesday, August 3, 2010

[Haibun] Pikiran Manusia

Akar dan daun
Embun di tepi sungai
Berubah sejuk

Pikiran manusia
Mimpi dikegelapan

Ada yang mengatakan,
menggunakan tenaga kerja,
dari kekuatan daya tahannya,
tak ada yang bisa dibanggakan,
karena kecerdasan manusia, diukur,
kemampuan berpikir ilmu pengetahuan,
yang tidak perlu memahami semua isinya,
tentang kebenaran hakekat kehidupan manusia.

Lalu, apakah pemikiran manusia terbatas?
atau dibatasi dengan lapisan pagar berduri,
untuk menghitung jumlah kekayaan alam dalam tanah.
Kesemuanya itu, api obor menuntut hak keadilan digelapkan,
tak ada celah cahaya bisa menerangi harapan perubahan,
bekal hidup kaum pekerja untuk esok hari adalah tantangan.

Tenaga padat karya
dengan disiplin kerjanya
kebutuhan hidup minimal
tanpa ada daya beli
bahu rapuh memandu duka
beban berat masa derita

siapa menanggung?

Massa kosumsi
Tak butuh jadi penting

Di pasar bebas

Kepentingan diuji
Hasilnya tak dilacak

Api membara
Dalam sekejap mata
Ilusi padam

Ada cahaya palsu menyebar bias
dalam kegelapan, jejaknya tak diketahui

hidangan makan sepiring nasi
jiwa rakus, berselera racun

MiRa - Amsterdam, 3 Agustus 2010

Sunday, August 1, 2010

Sepenggal Ingatan

Udara pagi begitu sejuk,
aku berdiri di stasiun kereta api,
menatap ke kejauhan, seakan-akan
masa depan sedang menanti.

Setiap orang memilih arahnya,
keinginannya, demi masa depannya,
dengan apa yang telah diputuskan,
menuju pilihan jalan hidupnya,
sampai ke akhir tujuan tempatnya.

Nyatanya, begitu banyak orang tidak bahagia,
aku masih sering mendengar mereka mengeluh,
ketidak puasan dengan nasib hidupnya,
juga berlaku bagi orang-orang di sekitar mereka,
Ah...hidup ini sangat tidak adil, dan
mereka merasa sangat sendiri.

Lihatlah di sekitar lingkunganmu,
lalu kemudian kau berkaca diri,
dihadapan orang-orang itu,
kau akan merasa bertanggung jawab,
dengan apa yang dilakukannya setiap hari,
karena jalan hidup yang dilaluinya,
adalah berbeda dengan apa,
yang harus ditentukan orang lain.
Bila harga dirimu telah di tanganmu,
maka ilusi menjadi kenyataan.

MiRa - Amsterdam, 1 Agustus 2010