Saturday, March 29, 2014

[Haiku] the flower of broken hearts

a broken hearts
only time will tell
to remember how well



MiRa - Amsterdam, 29/03/2014

Tuesday, March 25, 2014

Surat Cinta SBY ke Arab Saudi





Terkait kasus pembebasan bersyarat Satinah, pihak Pemerintah RI sudah menjanjikan untuk menyanggupi membayar lunas uang  kompensasi persyaratan  tuntutan pihak ahli waris korban, yaitu uang  "Penyelesaian Damai (tanazul)" senilai Rp. 25 milyar (10 juta RS). Dan ternyata sampai hari ini, tanggal 25 Maret 2014, pihak pemerintah SBY tidak mau menepati janjinya, melainkan hanya mau membayar kompensasi sejumlah Rp 12 miliar, sehingga hukuman pancung Satinah Binti Jamidi ditetapkan pada tgl. 3 April 2014....

Menurut info berita di situs tempo hari ini, tgl. 25 Maret 2014, http://www.tempo.co/read/news/2014/03/25/173565088/Cegah-Eksekusi-Satinah-SBY-Surati-Raja-Saudi-, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengirimkan surat kepada Raja Arab Saudi untuk menunda eksekusi terhadap Satinah, tenaga kerja Indonesia asal Unggaran, Jawa Tengah.....lha ..koq aneh bin ajaib..buat apa SBY kirim surat ke Raja Arab Saudi? bukankah urusannya buka urusan cinta, tapi adalah persoalan kasus hukum dari tuntutan pihak penuntut  ahli waris korban, yang menuntut uang kompensasi terhadap yang dituntut senilai Rp. 25 milyar?

Langkah SBY menulis surat ke Raja Arab Saudi, ibaratnya seperti lebay yang curhat mengiba-iba memohon sang Raja Arab Saudi supaya membantu menangani persoalan eksekusi Satinah. Langkah SBY ini sangat memalukan bangsa dan rakyat Indonesia dimata Hukum Internasional. Sikap presiden RI kita ini sepertinya tidak mengerti, atau bahkan tidak mampu memahami persoalan hukum kenegaraan di negaranya sendiri maupun di negara Arab Saudi. Bukankah adalah tanggungjawab pemerintah SBY yang berkewajiban melindungi warga negaranya yang sedang terkena musibah di negara asing, dalam hal ini melunasi uang kompensasi itu.

Kalau memang pemerintah SBY ini punya hati nurani dan punya rasa tanggungjawab maka buktikanlah dengan sikap dan tindakan niat baiknya buat melindungi warga negaranya yang sedang bernasib buruk...adalah kewajiban pemerintah RI  membayarkan uang kompensasi tersebut dengan cara apapun juga..bukankah pendapatan devisa negara dari TKI "selama semester I-2013 sudah mencapai 3,7 miliar dollar AS? click: http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/08/26/tki-penyumbang-devisa-terbesar-587267.html

Solidaritas dana sumbangan dari rakyatnya sudah mencapai RP.103  juta, click: http://www.tempo.co/read/news/2014/03/24/058564927/Dana-Peduli-Satinah-Terkumpul-Rp-103-Juta
Kini, giliran SBY yang seharusnya mengusahakan penyediaan dana dari bujet pendapatan devisa negara dari TKI, yang mencapai 3,7 milyar dollar AS itu, untuk membayar uang kompensasi penuntut hukum ahli waris korban warga Arab Saudi... . atau apakah uang sebesar jumlah tersebut sedang dipakai buat biaya dana kampanye PEMILU 2014 Partai Demokrat dan Capresnya PD?

Selamatkan Satinah dari Hukuman Mati!

MiRa - Amsterdam, 25 Maret 2014

Monday, March 24, 2014

[Haibun] Pemerintah SBY Penipu

Sejak tahun 2009 seorang TKI bernama Satinah Binti Jamidi mengalami pemenjaraan di Gaseem - Arab Saudi. Setahun kemudian, sidang pengadilan wilayah Gaseem memutuskan vonis hukuman mati (qishash) terhadap Satinah atas tuduhan membunuh majikannya secara berencana.

Pada tahun 2011 sidang pengadilan Pusat Saudi Arab memutuskan vonis yang sama, yaitu hukuman mati (qishash) terhadap kasus Satinah, dengan tuduhan membunuh majikan TIDAK secara berencana. Maka dalam keputusan akhir sidang pengadilan pusat tersebut, pihak ahli waris korban mengajukan Penyelesaian Damai (tanazul) senilai  Rp. 25 milyar (10 juta RS) sebagai kompensasi pembebasan tertuduh Satinah dari hukuman mati (qishash). 

Terkait kasus pembebasan bersyarat Satinah, dalam sidang pengadilan pihak Pemerintah RI menyanggupi dan berjanji sampai batas waktu tanggal 14 Desember 2012 membayar kompensasi persyaratan pengajuan tuntutan pihak ahli waris korban, yaitu membayar lunas uang  "Penyelesaian Damai (tanazul)" senilai Rp. 25 milyar (10 juta RS). Namun sampai hari ini, tanggal 24 Maret 2014, pemerintahan SBY hanya berniat membayar kompensasi sejumlah Rp 12 miliar, sehingga hukuman pancung Satinah Binti Jamidi ditetapkan pada tgl. 3 April 2014.

ancaman pancung
pembebasan Satinah
tak tepat janji
pemerintah koruptor
nyawa dipertaruhkan


MiRa - Amsterdam, 24 Maret 2014

Sumber informasi dari:
http://regional.kompas.com/read/2014/03/24/1307514/Putri.Satinah.Harapan.Saya.Pak.Presiden.Bisa.Bantu.Ibu

http://nasional.kompas.com/read/2012/11/30/15325635/TKI.Satinah.Diberi.Waktu.hingga.14.Desember.

Sunday, March 23, 2014

KopDar di Pondok Ningsih

KopDar di Pondok Ningsih

23 March 2014 at 17:10

Menyenangkan kemarin "kopi darat" (KopDar) bersama dua teman Face Book, pula berkenalan dengan beberapa orang yang hadir di salah satu tempat pemukiman Nieuwegein dekat kota Utrecht, juga ada satu orang yang hadir berasal dari Vietnam.

ehm..suasana ramah tamah sesama warga perantauan kali ini bersifat "kekeluargaan", buatku hal unik karena selain acara untuk pembacaan puisi oleh sang penyair cyber Heri Latief, ada diskusi tentang pemilu caleg&capres untuk Indonesia Baru 2014, dan membahas seputar peristiwa sejarah Tragedi Kemanusiaan 1965/66, pula dengan diselingi hidangan jajanan, menu makanan yg eunak&nikmat.

Biasanya, ada kesan2 tersendiri yang kita alami bila hadir dalam pertemuan ramah tamah antar sesama di perantauan, atau mungkin bisa pula menjadi suatu hal yang biasa-biasa saja bagi kebanyakan orang di perantauan. Maka tak heran bila ada seseorang bermukim di perantauan, yang selain punya partner hidup, pula memiliki teman akrab atau lingkungan teman-teman akrab. Lantaran menjalin pertemanan atau keakraban itu mengasyikan dan bisa menjadi hiburan menyenangkan bila punya teman atau sahabat yang bisa dipercaya. Lalu menjadi teman curhat atau bahkan sebagai teman yang bisa ada saling tolong menolong antar sesama perantau. Hal ini mengingat kehidupan rutinitas, berkeluarga dan kontak sosial itu sudah menjadi hakekat kebutuhan manusia dalam hidupnya di perantauan. Dan, tentunya pilihan setiap orang sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kepentingan selera masing-masing. Orang Belanda menyebutnya "soort zoekt soort". Kebutuhan kontak sosial sejenis "soort zoekt soort" itu memang sudah menjadi tradisi budaya hidup bermasyarakat di Belanda, yang prinsip individualisme sudah menjadi acuan dalam kehidupannya.

Aku sebagai salah satu perantau, yang bermukim di Amsterdam selama hampir 32 tahun, tentunya sudah terbiasa hidup di kota besar dengan langgam budaya kehidupan individualisme. Sejak abad 15 Amsterdam adalah ibukota Nederland, yang memiliki keunikan tersendiri dalam mewarnai kehidupan perkotaan di Belanda. Juga, Amsterdam dikenal sebagai kota pemukiman bangsa asing dari daratan Europa maupun non-Europa. Sejak tahun 2012 kota Amsterdam memiliki jumlah penduduk sebanyak 790.044 orang, dengan jumlah warga asingnya sampai 50,5% dari 117 suku bangsa warga dunia.

Kembali ke suasana ramah tamah di rumah teman facebook di Nieuwegein. Buatku mereka yang hadir itu, selain dua teman yang kukenal lewat facebook, adalah wajah-wajah baru yang sebelumnya tak pernah kukenal. Dari beberapa wajah baru yang hadir itu,  ada dua orang yang tinggalnya tidak jauh dari rumah si yang punya hajat. Salah satu dari tetangganya itu, kira-kira berusia diatas 60 tahun, yang ternyata memberi kesan tersendiri buatku. Entah kenapa dan apa alasannya aku terkesan dengan beliau yang hadir diantara teman-teman usia antara 35 - 55 tahun.

Pertemuan ramah-tamah diawali dengan pembacaan puisi oleh Heri Latief, kemudian ngobrol soal keadaan di Indonesia, membahas pemilu untuk Indonesia Baru 2014 dan juga berdiskusi mengenai sejarah Tragedi Kemanusiaan 1965/66. Suasana ramah-tamah semakin menjadi akrab antar sesama yang hadir, dalam keakraban obrolanyapun menyiratkan kehangatan, yang kemudian terbersit keinginan tauku pada ibu yang berusia diatas 60an itu. Lantas ku tanya ke beliau kapan beliau meninggalkan tanah air. Lalu, jawabnya: "sejak tahun 1965".  Mendengar jawaban tersebut tentunya membuat aku jadi tambah penasaran serta ingin tau kenapa beliau meninggalkan tanah air tahun 1965?  kemudian jawabnya: "saya menikah dengan suami, yang tahun 1963 kembali ke Indonesia dari Suriname, kemudian bulan april 1965 saya&suami pergi merantau, dan bermukim di Suriname sampai tahun 1975. Tanyaku lagi: "Bukankah suriname Merdeka tahun 1975?", lalu jawabnya: "ya, Suriname Merdeka tahun 1975, lantas kami hijrah ke Belanda".

Begitulah sekelumit pengalamanku berkunjung ke salah satu teman facebook di pondok Ningsih - Nieuwegein. Merupakan pertemuan awal menyambut musim semi yang menyenangkan, memberi kesan tersendiri karena bertemu dan berkenalan dengan sesama warga perantauan di Belanda. Terimakasih Ningsih atas kebaikan hatimu, kesediaanmu menyediakan tempat dan makanan yang sedaaap dan nikmaat. Juga, mengucapkan terimakasih buat Regina atas cendolnya yang eunaak..


MiRa, Amsterdam, 23 Maret 2014

Saturday, March 22, 2014

pemilu diambang pintu

janji-janji
begitu indah
mercuasuarnya

surat kabar berkop besar
jaringan alat propaganda pemilu
memperjual-belikan kemiskinan
demi memenangkan kursi mewah

barisan kata-kata
bertinta emas gemerlapan
debat kusir untuk duduk di parlemen
akankah terjangkit penyakit lupa-pikun
atau terlelap tidur mimpi melalang buana
mengatas namakan si penyelamat dunia

ada apa dengan politisi dan peradilan
mereka menghamburkan uang negara
membiarkan penjahat bebas berkeliaran
berjimat aji mumpung ke ranah harapan
lalu, pesta demokrasi siapa yang punya?

MiRa - Amsterdam, 23 Maret 2014

Friday, March 14, 2014

[Tanka] Magnolia Season



warna menawan
nuansa magnolia
bertransformasi


menantang kehidupan
dimusim peralihan 
#
beautiful colors
shades of magnolia
be transformed 


challenging of the life
on transition season 
#
prachtige kleuren
tinten van magnolia
is getransformeerd


uitdagend van het leven
in de overgangsseizoen 
 
MiRa - Amsterdam, 13/03/2014

Tuesday, March 11, 2014

[Tanka] Peringatan

irama syahdu
di kesunyian malam
bermantra rindu
menatap pandang mata
pada rekam ingatan

kehadirannya
intens dalam afeksi
memberi makna
senyum memikat hati
merajut cintakasih

MiRa - Amsterdam, 11/03/2014

Monday, March 10, 2014

Tanka Musim Semi

di teras kafe
secangkir kopi susu
menyambut hening
keakraban semusim
budaya membahana

gairah hidup
menapak masa depan
kebersamaan
afeksi kehidupan
mengikis keresahan


MiRa - Amsterdam, 10/03/2014

Haiku Musim Semi

cerah mentari
mengusik kerinduan
bunga melati

aneka warna
bunga harum semerbak
menebar senyum
dibalik dinding
hening membisu bungkam
jejak berdarah

hati nurani
tak peka mati rasa
tragis sadis

jiwa membara
harapan perubahan
keadilannya


MiRa - Amsterdam, 10/03/2014

Saturday, March 8, 2014

Dari aksi mogok ke Hari Wanita Internasional : 08 Maret 1908 - 08 Maret 2014

Dari aksi mogok ke Hari Wanita Internasional
: 08 Maret 1908 - 08 Maret 2014


Hari ini, sabtu, 08 Maret 2014, Kaum wanita dimanapun berada akan ingat atau turut merayakan Hari Wanita Internasional. Dalam proses sejarah perjuangannya, berawal pada aksi pemogokan buruh wanita tanggal 8 Maret 1908 di industri tekstil di New York. Aksi mogok kerja tersebut disebabkan oleh ketidakpuasan atas kondisi kerja yang buruk . Tuntutan atas perbaikan nasib kaum wanita untuk pemenuhan kebutuhan hidup minimal itu, kemudian dijadikan aksi setiap tahun tanggal 08 Maret, yang disebut " roti dan mawar " sebagai simbol tuntutan "Aksi Damai" di negara kapitalisme.

Pada tanggal 08 Maret 1917, aksi pemogokan massal dan demonstrasi kaum wanita dalam industri tekstil di St Petersburg, menjadi kelanjutan perjuangan dan perlawanan kelas buruh wanita. Pada tahun 1921 , Sekretariat Perempuan Internasional dari Partai Komunis di Uni Soviet memutuskan untuk setiap tahun tanggal 08 Maret dirayakan sebagai Hari Wanita seDunia. Namun pengakuan terhadap Hari Wanita seDunia di negara Eropa Barat-Non Komunis dinilai mengacam pembangunan ekonomi kapitalisme.

Sekitar tahun 60an protes aksi kaum buruh wanita Negara Blok Barat mulai merambah marak. Setiap tahun tanggal 8 maret, kaum pekerja wanita bergolak dalam perjuangan Solidaritas menuntut perbaikan nasibnya, melalui aksi-aksi mogoknya di sektor tekstil pabrik. Sementara itu, pemilik modal pabrik tekstil di negara-negara Industri Blok barat itu, sibuk pula bergerak massal memindahkan lahan pabriknya ke negara-negara bekas jajahannya.

Walau pun kelihatan ada proses peningkatan kesejahteraan kehidupan kaum wanita di negara-negara Industri maju, bukanlah berarti mengurangi karakter keji dan rakusnya sistim kapitalisme. Persoalan ketidakadilan dan diskriminasi, juga tindakan kekerasan dan pelecehan seksual terhadap kaum pekerja wanita dalam rumah tangga maupun di publik sektor tetap berfungsi eksis. Mekanisme penindasannya terhadap kaum wanita dirasakan semakin menggelobal mendunia.

*Fakta-fakta tentang posisi wanita di mancanegara.
Wanita merupakan 50 % dari populasi dunia . Wanita melakukan 66 % dari semua pekerjaan . Pendapatan pekerja wanita 10 % dari pendapatan dunia . Wanita memiliki 1 % dari seluruh aset global . Dari semua pemimpin dunia 5 % kaum wanita. Dari semua orang miskin di dunia 75 % adalah wanita . Dari semua orang yang buta huruf di dunia, 66 % adalah wanita . Dari semua pengungsi di dunia, 75 % adalah wanita . Dari 150 anggota parlemen di Belanda adalah 36 % wanita. Pendapatan salari wanita Belanda rata-rata 23 % lebih rendah daripada pendapatan pria.

*Sumber: http://www.beleven.org/feest/internationale_vrouwendag

MiRa, AMSTERDAM - 08 Maret 2014