Friday, January 21, 2011

[Haibun] Untuk Sahabatku

Camar dan Cahaya Matahari: "Menanti Musim Semi…."

Tiba-tiba telepon genggam bergetar, mendadak sontak dan kaget aku terbangun dari tidur yang lelap. Di luar masih gelap gulita tapi sinar warna hijau berkelip tak henti-hentinya, kemudian menyusul suara berdering seperti hysteri menjerit di waktu subuh. Dalam keadaan Kelabakan aku menekan tombol knop ponsel itu,

"Sudah sampai mana?" sapanya dengan lembut, terdengar akrab bernada suara seperti dari jarak dekat.
"Lho siapa ini?" jawabku naif firasat tanpa melihat siapa yang menelpon.
"'Ini sama aku, acaranya sudah hampir mulai, aku tunggu ya?"

Hubungan telepon terputus. Segera aku bangkit dari tempat tidur, bergegas keluar menuju ruang dapur dan cepat meneguk air putih hangat untuk membangkitkan alam sadarku sampai 100%.

Dalam ingatan
Pelangi warna warni
Bermacam ragam

Sembari aku berjalan menghampiri ruang meja komputer, kucoba mengingat kembali pada janjiku hari itu. Agh... apakah mungkin aku bikin janji di waktu pagi hari. Lagi pula adalah waktu akhir pekanku.

Lengang di jalan
Camar melayang layang
Menyambut sepi

Api di tungku
Menghangatkan ingatan
Salju mencair

Telepon genggam bergetar kembali dan langsung kulihat data info nomornya, ternyata berkode +62, serta merta kupencet tombolnya, lagi-lagi nada suara yang sama tapi kali ini seperti tak sabar menanti kedatanganku,
"Hallo..posisimu sudah sampai di mana sekarang?"
"Ya.hallo, ini aku bicara dengan siapa ya?"
"Lho, ini sama aku, apa kamu lupa hari ini ada reuni tiga dekade?"

Tiga dekade
Melanglang buana
Semi kembali

Zaman represi
Suasana kelabu
Buta dan tuli

Persahabatan
Kenangan masa silam
Serasa sama

MiRa - Amsterdam, 21 Januari 2011

No comments:

Post a Comment