Sunday, July 25, 2010

[Haibun] Absurditas

Di atas pohon
Burung camar melayang
Hati gelisah

Aku berdiri di sini, pada titik pandang yang tinggi di bawah langit biru, terbayang ingatan bencana kehidupan akibat hempasan gelombang korupsi, bagaikan besarnya gelombang laut menggulung daratan bumi pertiwi, yang membumi hangus sumber daya manusia, mengerikan peristiwa musibah itu, seakan-akan seperti penguasa jagat alam sedang murka, ataukah berduka pada alam ciptanya dalam kehidupan tanpa daya?

Peradabannya
Kehidupan sosial
Kaya dan miskin

Ada satu hal
Pertaruhan hidupnya
Tidak bermakna

Ah..pandangan dunia tentang jiwa nasionalisme dan patriotisme telah dianggap usang, ataukah menyerah pada paradigma perubahan? Ada yang mengingatkan bahwa ketinggian dimensi kesadaran manusia telah dieliminasi.

Di sepanjang garis rencana,
antara penghubung sumbu penyulut api,
menunjukkan bagaimana rentannya luka lama,
jejak semangat kemerdekaan dan berdikari,
tak lagi seperti hamparan padang ilalang,
yang tanpa mengenal lelah melambai dengan,
beraneka warna bunga yang tumbuh, serta
tak pernah mengenal kegersangan, ketegaran
menuai nilai bibit ketabahan melawan cobaan hidup.

Ingatan masa lalu, mencatat sisi lipatan,
mengikuti sepanjang barisan kumpulan kata,
yang bernada irama nafas sehamparan ilalang,
betapa kuatnya nilai kebersamaan,
menggapai asa dan manfaat bersama,

Di saat ini,
kepastian hidupnya
Rakus materi

Hidup tanpa kemudi
Dirinya dinistakan

MiRa - Amsterdam, 24 Juli 2010

No comments:

Post a Comment